Sabtu, 23 Agustus 2008

Sering Iklan Politik, Belum Tentu Menang


Sabtu, 23 Agustus 2008 | 14:28 WIB

JAKARTA, SABTU - Soetrisno Bachir muncul dengan iklan politiknya yang identik dengan kata-kata "Hidup adalah Perbuatan". Rizal Mallarangeng muncul dengan kata-kata andalannya "If There is a Will, There is a Way" dalam berbagai versi iklannya. Kedua tokoh itu, termasuk satu di antara sejumlah politisi yang iklannya paling sering muncul di media, terutama televisi.

Ketua Badan Pengawas Periklanan P3I Ridwan Handoyo mengatakan, biaya membuat iklan politik memang tak sedikit. Meskipun ia tak menyebut berapa biaya produksi sebuah iklan politik. "Dana iklan relatif, walaupun prinsipnya ada strategi dan melihat target audiensnya. Kalau kabupaten, tarifnya beda jika target audiensnya nasional. Iklan politik itu mahal sekali!," ujar Ridwan di Jakarta, Sabtu (23/8).

Sementara, bagi Direktur Indo Barometer M. Qodari, iklan memang efektif untuk mengenalkan figur calon dan partai. Apalagi jika sang calon atau partai itu merupakan pemain baru di panggung politik. "Bagi politisi kita yang kebanyakan instan, dengan beriklan memang bisa dikenal. Tapi sebatas dikenal, masyarakat tidak tahu dia siapa. Dan satu lagi, iklan itukan dananya besar. Padahal, modal finansial tidak selalu menentukan kemenangan. Belanja iklan besar, belum tentu menang," ujar Qodari.Faktor terpenting, kata Qodari adalah modal sosial.

Ia mencontohkan calon Presiden AS Barrack Obama. Awalnya, Obama merupakan calon yang paling kecil modal finansialnya. Namun, secara sosial Obama punya modal tinggi, sehingga mendapatkan simpati publik. "Di Indonesia, kita bisa lihat saat Pemilu 2004. PDIP, saat itu belanja iklannya paling besar. Tapi kan juga nggak menang Pemilu. Jadi, iklan dimana-mana tidak menentukan dan jangan yakin akan menang," kata dia.

Oleh karena itu, lanjut Qodari, bagi calon atau parpol yang dananya terbatas ia menyarankan agar jangan menghabiskan dana untuk iklan yang belum tentu efektif. "Kalau ada politisi yang mempunyai reputasi bagus, iklan bisa dikurangi dan disalurkan untuk bikin kegiatan yang lebih menyentuh dan berguna untuk rakyat," ujar Qodari.


Inggried Dwi Wedhaswary
kompas.com

Tidak ada komentar: